BIS, BIS dan BIS

Senin, 22 April 2013
Inget lagunya Trio Kwek-Kwek era '90an yang judulnya BIS SEKOLAH nggak ??? ini lho..sedikit liriknya yang easy listening itu.

Bis sekolah yang telah lama kutunggu
dengan teman-temanku
Bis sekolah sudah penuh penumpang
aku berdiri di belakang.

Ada yang duduk, ada yang berdiri,
Ah itu biasa!
Bercanda-canda tertawa-tawa

sampai tidak terasa


Kali ini aku pengen cerita tentang bis. Tentang bertahun-tahun aku bersahabat dengan bis. Bis yang mengantarkanku sampai sekarang ini kemanapun aku mau. Dari bis kecil, biasa disebut mikro bis. Ada juga bis tanggung dan bis gede. hehehe

Sudah dari jaman SMP kelas 1 sampai lulus SMA, tiap hari pulang-pergi sekolah aku sudah menjadi seorang penglaju. Maklum, jarak rumah dengan sekolahku itu sekitar 17 dan 19 km. Jadi, setiap hari memang aku harus berangkat sekitar jam 6 pagi agar tidak terlambat. Bersama banyak kawan dari sekolah lain, sudah menjadi kebiasaan setiap pagi, kami dengan tertib berdiri dengan manis untuk menunggu bis. Biasanya kami memiliki bis langganan, dan tahu bis-bis itu akan berangkat jam berapa. Bahkan, sampai nama sopirpun kami hafal. Bagiku, naik bis itu bukan hal yang bikin sengsara kok, walaupun banyak orang nggak suka naik bis karena bau, sesak, dan juga banyaknya asap rokok. Tapi, udahlah..bagiku itu nggak penting. Banyak hal yang lebih nambah pengalaman daripada itu. Nngebis jaman sekolah, kita harus berebut naik biar kebagian tempat duduk. kalau gagal ya ngalamat berdiri, berdesak-desakan dengan pelajar lain. Kalau bisnya cepet, terus ngerem mendadak, bisa mental kesana-sini kayak kelereng dalam botol. Bis-bis pagi sekitar jam segitu memang isinya penuh dengan anak sekolah, jadi kami sudah biasa melihat mereka bergelantungan di pintu, bahkan di atap bis. Pemandangan yang biasa bagiku. Kalau sudah penuh begitu, biasanya kernet bis terpaksa berdiri tangga belakang bus. Asiknya lagi, biasanya kalau bis penuh anak sekolah, kita bisa request musik ke pak sopir, dan kadang-kadanag kami membawa kaset dari rumah untuk bisa distel di bis. Itung-itung disko gratisan. Asooyyy!

                                                       Gambar 1. Bis jaman sekolah

Anehnya anak sekolah, sepulang sekolah aku dan beberapa para pelanggan bis rela menunggu sampai sejam hanya untuk bisa memilih bis. Kesannya agak sombong dan angkuh, anak-anak sekolah biasanya nggak mau naik bis yang jelek, termasuk aku. Aku lebih suka bisa yang bagus, yang warnanya cerah dan yang penting sudah terkenal kecepatannya. Entah kenapa, bis yang bagus biasa dipilih anak sekolah karena rata-rata nggak suka ngetem, dan memang bis yang jelek lebih suka ngetem karena isinya biasanya para pedagang dan orang tua. Padahal sebenernya juga nggak semua begitu, tergantung sopirnya juga kan. Tapi, itulah kekuatan sugesti, yang nggak jarang juga meleset. Udah nunggu lama, dapet bis bagus, ngetem lama lagi, gara-gara penumpang dikit. Biasa ituuuu, padahal cacing di perut juga udah pada demo, cuekin aja. Oya, satu lagi..hal paling bisa dinikmati pas naik bis itu, kita nggak capek, tinggal merem, eh tau-tau udah nyampe tujuan, malah kadang kebablasan *pengalaman pribadi. Yahut!

Kuliah, dari "kota"ku ke Semarang juga aku selalu naik bis. Kali ini kastanya lebih tinggi, bis besar berpintu dua. Walaupun sebenernya masih ada pilihan travel yang jauh lebih nyaman, tapi bagiku naik bis adalah pilihan utama. Selain harganya jauh lebih murah, kenyamanan naik bis itu berbeda. Bingung kan? Begini, nggak tau kenapa aku lebih suka naik bis ekonomi daripada patas ber-AC. Padahal bis ekonomi yang ada itu kebanyakan udah nggak layak pakai (mungkin). Kalau jalan berasa naik odong-odong, naik turun dan kecepatnnya udah kayak balapan sama keong, kecuali kalo sopir lagi kejar setoran. Seimbang sama mesinnya yang suaranya cetar, berisik dan panas. Nggak jarang juga kalau hujan, di dalem bis ikutan kehujanan karena bocor. Pantesan aja kalau teman-temanku suka ngeledek katanya kelo kesenggol bis itu bisa-bisa kena tetanus. Hahaha. Ah, sudahlah, emang beda jauh sama bus AC yang adem dan nyaman. Tapi biarpun panas, banyak pengamen, sumpek di bis ekonomi, tapi entah kenapa aku selalu bisa tidur dengan tenang disana. Beda kalau naik bis ber-AC malah nggak pernah bisa tidur. Emang mungkin dasar badanku ndeso abis atau kenapa, biarin aja yang penting bisa enjoy, dan selamat sampai tujuan. Betul betul betul??? Satu lagi, karena banyak pedagang asongan, jadi kalo laper tinggal beli. Nggak bakal takut kelaperan deh.


                                             Gambar 2. Bis jaman kuliah (ekstra nyaman)
                                                             <<pengamen & asongan inside>>


Kalau sekarang ini, setiap Senin pagi dan Sabtu siang aku kembali menukmati nyamannya naik bis. Bis jurusan Magelang-Wonosobo. Bis tanggung berpintu dua. Ini lebih asik, karena rata-rata kondisi bis memang masih bagus. Satu hal yang paling menyenangkan adalah hampir semua trayek bis jurusan ini berasa jalan di sirkuit. Sopirnya udah kaya Schumacher, nggak mau kalah dari kendaraan lain. Saking banternya ini bis, rasanya udah nggak jalan di aspal lagi. Kernetnya selalu standbay dengan handphone, selalu mengkroscek siapa aja bis yang ada di belakang dan depannya. Nggak enaknya kalo pagi, senam jantung bikin kebeet pipis. Keuntungannya sih jadi nggak telat.


                                                          Gambar 3. Bis Magelang-an

Yah begitulah perjalanan dengan bis selama ini. Nggak heran juga kenapa sampai sekarang belum pernah sekalipun aku mabuk di perjalanan, jadi nggak perlu yang namanya Ant*mo dan teman-temannya. Biar levelnya bis, kayak orang kurang duit, biarin aja, asal nyaman. Biasanya, orang yang suka kemana-mana naik angkutan umum tuh nggak manja. Sepakat? Nggak akan alergi sama yang namanya bau, sumpek dan bisa lebih tangguh menghadapai hidup yang keras ini! *nyambung nggak sehhh???
Eh, bener lho..naek bis itu banyak memberi kita pelajaran yang berharga. Ngeliat betapa kerasnya hidup ini. Pagi-pagi udah ngeliat orang pada kerja. Kadang kasihan juga ngeliat para awak bis, kalau pas jarang atau bahkan nggak ada penumpang. Rasanya nggak imbang aja sama solar yang harus dipake, pasti mereka nombok *pikirku*. Dalam hati kadang juga aku ikutan berdoa biar bisnya penuh, nggak tega aja liat perjuangan para awak bis ini, sampai kadang ikutan clingak-clinguk siapa tau aku ngeliat calon penumpang.

Anyway, aku cuman pengen bilang "TERIMA KASIH BIS, PAK SOPIR DAN PAK KERNET".



P.S. Bener juga kalau pernah ada sticker di pintu bis, tulisannya gini, "Terima kasih pak sopir, kau antarkan aku menuju masa depanku" *smile :))

0 komentar:

Posting Komentar